Selasa, 30 Oktober 2007

Color Matching dan Color Management ; Perbedaan dan Aplikasi

Anda sering dibingungkan dengan pengertian antara Color Matching dan Color Management. Kedua hal ini sangat jauh berbeda pengertian dan aplikasinya pada proses pra-cetak atau pres-press. Color Matching lebih menekankan pencarian atau pencocokan warna tinta cetak, sementara Color Management menekankan pada pencarian persentase campuran warna proses umumnya dilakukan pada digital proofing.Color MatchingAdalah proses mencari kombinasi warna tinta untuk mendapatkan hasil reproduksi sebuah warna acuan (color sample), dari sejumlah warna tinta dasar (basic inks) yang telah didefinisikan dengan target kombinasi yang tidak terbatas pada hanya warna proses. Color Matching System dapat dikembangkan dengan melengkapi dynamic library system, sehingga software dapat bekerja secara Artificial Intelegence (Try And Save Data To Dynamic Library).Contoh aplikasinya, sebuah percetakan mempunyai dan menggunakan tinta cetak tetap (property tinta tetap) yaitu: ProcessCyan, ProcessMagenta, ProcessBlack, ProcessYellow, ProsesHexachromeOrange, ProsesHexachromeGreen, Medium, OpaqueWhite, TransparentWhite, MediumYellow, RubineRed, WarmRed, DarkGreen, Purple, Maroon, ReflexBlue, Violet, SolidBlack. Data warna tinta tersebut diukur dan disimpan dalam library.Saat ada permintaan warna khusus, contoh warna diukur dengan Spectrophotometer dan software akan mencari kombinasi tintanya dari data yang telah dibuat sebelumnya. Data yang ada dalam software Color Matching biasanya berbeda, meskipun warna solid nya sama, namun aplikasi campuran bisa berbeda karena banyak faktor, terutama bahan kimia yang dipakai dalam pembuatan tinta cetak. Oleh karena itu Proses Color Matching membutuhkan waktu yang cukup lama agar hasilnya sempurna (lebih baik kalau pabrik tinta yang menyediakan datanya) untuk mendapat hasil 1 tinta yang dicari.Color ManagementAdalah proses mengubah kombinasi warna untuk mendapatkan hasil reproduksi warna-warna tertentu, dari warna proses, biasanya CMYK atau RGB atau Hexachrome atau himpunan warna proses lainnya maximum 8 warna dengan target kombinasinya adalah warna proses. Contoh umum aplikasi Color Management System adalah Digital Proofing. Dalam penerapan Color Management System (CMS) ada proses "3C" (calibration, characterization dan Conversion) yang dilakukan dengan seksama.Yang lazim digunakan adalah pendekatan ICC (ICC Approach), namun berbagai macam methode pendekatan dapat juga dipakai. Hasilnya adalah campuran % dari Target Tinta Proses yang dipakai dimana bisa langsung digunakan pada Monitor, Inkjet Printer atau Film Separasi untuk proses cetak selanjutnya. Sistim Digital ProofingAda beberapa catatan yang patut diperhatikan saat proofing dilakukan dalam sistim digital:1. Pemanfaatan System Digital hanya akan berhasil baik apabila kondisi material yang dipakai dan proses (apabila dilakukan secara manual) stabil dan konstant. Tanpa ini mustahil System dapat direalisasikan dengan baik.2. Penggunaan System Digital (baik Color Matching maupun Color Management System) saat ini belum dapat diaplikasikan pada warna (tinta dan bahan cetak) metallic dan pearl.1. Pertanyaan: Seberapa Efektif Software Dalam Color Management?1. Misalnya saja ada consumer goods di Amerika, memiliki agen advertising sendiri. Mereka mengirim file produknya ke Indonesia untuk di cetak di Indonesia. Di Indonesia perusahaan tersebut juga memiliki advertising sendiri dan akan di cetak di suatu percetakan besar, yang menjadi pertanyaan apakah fungsi software color management akan efektif dalam proses ini? Jawab: Warna Produk adalah Identity (suatu perusahaan yang sudah mapan mempunyai warna dan logo perusahaan yang pasti dan unik lengkap dengan nomor dan standar warna dan serta rasio ukurannya, red.), jadi tidak boleh diubah-ubah. Apabila warna produk dicetak dengan beberapa warna proses, maka parameter akan bertambah banyak, sehingga resiko penyimpangan warna menjadi besar. Oleh karena itu dibutuhkan Color Matching System untuk menghasilkan Tinta yang benar. Namun untuk sekedar "Proofing" dapat dilakukan dengan System Digital Proofing yang mengaplikasikan Color Management System (tentu hasilnya terbatas pada Color Gamut dari Alat Proofing yang digunakan)2. Pertanyaan: Sotware berbeda apakah menghasilkan color proof yang sama?2. Masih kasus yang sama, misalnya saja di Amerika software yang digunakan dari EFI sedangkan di indonesia menggunakan ORIS, apakah proof yang dihasilkannya bisa sama dengan cetakannya?Jawab: Digital Proofing tidak tergantung pada merk software. Dan CETAKAN TIDAK TERGANTUNG PADA PROOFING, jangan memaksakan percetakan mencetak sesuai dengan Proofing, hal ini hanya akan menghambat proses produksi saja. Prosedur yang benar adalah: Percetakan harus dapat mencetak dengan standar yang benar, bukan yang berdasarkan standar bikinan/selera operator cetak. Dimana Digital Proofing harus dapat menghasilkan proofing yang sama dengan cetakan yang sudah menerapkan standard tadi, contoh standar misalnya dengan rata-rata ∆E* <= 6 untuk IT 8.7/3 Color Patches atau sejenisnya.∆E* = perbedaan 2 warnaBila anda lebih ingin mendalami tentang ∆E*, bisa kunjungi dengan meng-copy alamat berikut ke browser anda

http://www.datacolor.com/color_experts_004.shtml
Secara ringkas;∆E* = sqrt (∆L*^2 + ∆a*^2 + ∆b*^2) adalah rumus perbedaan 2 warna, dimana; L, a dan b diambil dari konsep warna CIEL*a*b*, yaitu satuan warna absolut yang didefinisikan oleh CIE (singkatan untuk Commission Internationale de l'Eclairage/International Commission on Illumination) dimana nilainya tidak tergantung/independent dari kemampuan alat atau proses cetak. Satuan warna tersebut didefinisikan menjadi 3 dimensi yaitu, L* = sumbu yang menerangkan terang gelapnya warna, a* = sumbu merah/hijau dan b* = sumbu kuning/biru. Dalam permutasi matematika, CIEL*a*b* yang disebut sistim planar (seperti bidang xyz, red.) dapat diungkapkan dengan sistem polar (sistim menggunakan busur derajat, red.) yaitu CIEL*C*h° (dimana L*= lightness, C*= chroma dan h°= hue), sehingga rumus persamaannya sebagai berikut; CIEL*C*h° = CIEL*a*b*, dimana;L* = L*C* = Sqrt (a*^2 + b*^2); Sqrt = square root (akar) (simbol di calculator à ), ^ = power (pangkat) danUntuk h° = ArcTan (b* / a*); ArcTan = Arc tangent (Simbol di calculator yaitu atan atau tan-1).Sementara a* adalah h° = 90° atau 270°Untuk b* adalah 0° <= h <= 180°

Tidak ada komentar: